Bayu Ginanjar (Violinist) |
diproses - Permintaan musik klasik iringan biola di Bandung masih sangat minim.
Instruktur biola pun masih dapat dihutung dengan jari. Seorang di antaranya, Pria kelahiran Sukabumi, Bayu Ginanjar, S.Pd. Ia bukan hanya melatih
anak-anak bermain biola, tetapi juga sering tampil di hotel dan di
berbagai event Lokal, Nasional dan Internasional untuk mempertunjukkan kepiawaiannya bermain biola bersama Ensemble Kyai Fatahillah dan Esthetique Orchestra
Tiap Senin sampai Sabtu, di sela-sela kegiatan
rutinnya mengajar Biola di Purwacaraka Music Course dan
kegiatan player violin, ia disibukkan permintaan
les privat biola ke rumah. “Terkadang, ada yang meminta jam
tambahan. Sifatnya fleksibel, waktunya bisa disesuaikan,” ujar Bayu
yang memiliki banyak anak didik yang mayoritas laki - laki itu. Anak didiknya terdiri dari siswa SD, selebihnya siswa SMP
dan SMA, serta mahasiswa.
Bayu Ginanjar selalu membatasi dirinya, tak lebih dari pukul 19.00 memberikan les privat. Dan, hari Minggu ia gunakan waktunya untuk beristirahat. Selain menjadi instruktur tetap di Purwacaraka Music, Bayu kerap bermain bersama group orchestra di hotel-hotel mengisi acara pada resepsi pernikahan atau mengiringi acara makan malam. “Tiap hari ada saja hotel atau event organizer yang memerlukan jasa pemain biola. Tetapi, saya lebih mengutamakan acara regular berdasarkan kontrak,” tuturnya.
Untuk memainkan lagu-lagu klasik, Bayu dan teman-temannya terkadang dalam formasi duet (2 orang), trio (3 orang), atau kwartet (4 orang). “Semua memainkan biola,” ujarnya. Sedangkan untuk membawakan lagu-lagu pop, formasinya beragam, ada pemain biola, keyboard, dan ada vokalis.
Bayu menuturkan, saat ini mulai ada permintaan pemain biola memainkan atau mengiringi lagu pop. Bahkan di Bandung juga pernah mencoba memasukkan unsur biola dalam pergelaran musik kontemporer.
Bagi Bayu memainkan biola dalam irama musik nonklasik tidak menemui hambatan. Malah ia merasa bisa lebih berkreasi. Jika memainkan musik klasik ia harus mengikuti standar yang ada dengan aturan yang sudah baku. Namun, di situlah letak daya tarik bermain biola dalam irama musik klasik “Alunan musik klasik biola menjadi sangat enak didengar, karena ritme, melodi, harmoni, dan dinamikanya sudah diatur,” tutur pria kulit sawo matang itu.
Bagi pemula dan anak-anak, berlatih memainkan biola minimal satu jam tiap hari sudah cukup. Jika ini dijalankan dengan sungguh-sungguh, dalam waktu empat bulan sudah bisa memainkan lagu “Zuzuki (1-10)”. Lagu ini biasanya dipakai sebagai dasar bermain biola. “Yang penting berlatihnya disiplin, terutama disiplin waktu,” ujarnya
Ia menuturkan, sebagai salah satu alat musik dalam permainan musik klasik, saat ini biola baru dilirik kalangan tertentu. Kebanyakan masyarakat Bandung masih menilai musik irama klasik mahal dan susah dipelajari karena banyak aturannya. “Memang sekarang peminat musik kasik meningkat, namun hanya di kelas menengah ke atas. Sedangkan instruktur biola hanya sedikit di Bandung,” ujarnya.
Semasa kecil Bayu sudah terbiasa mendengarkan alunan orkes termasuk musik klasik dengan biolanya. Hal itu mengingat ia bersama orangtuanya bertempat tinggal di lingkungan komplek Perumahan Pemda I Cibeber, Cimahi.
Alunan nada-nadanya yang melodius membuat Bayu kecil tertarik pada
musik biola. Ketertarikannya itu didukung penuh kedua orangtuanya. Saat
itu mereka melihat prospek sebagai Violinist bagus, karena belum
banyak peminatnya. Pria kelahiran Sukabumi 28 tahun silam ini pun
melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Cimahi. Ilmu bermain biolanya diperdalam
lagi di Fakultas Seni jurusan Seni Musik UPI Bandung. Setelah menyelesaikan pendidikannya di UPI, Bayu sempat
menlanglangbuana di berbagai konser wilayah indonesia seperti jakarta, yogyakarta dan lainnya. puncaknya di tahun 2010 bayu sempat bertolak ke Belanda dan Belgia menjadi player bersama Ensemble Kyai Fatahillah di Ajang International Gamelan Festival Amsterdam (IGFA) 2010 dan Young Composers in Southeast Asia Competition & Festival 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar