|
|
diproses - Brandon Neely masih dikejar perasaan bersalah dan malu akibat
perbuatan buruk, perkataan kasar, tindakan kejam yang ia dan teman
koleganya lakukan terhadap tahanan tak berdaya.
Brendan
adalah mantan penjaga kamp tahanan paling terkenal dan mungkin paling
tak manusiawi di dunia, Guantanamo. "Orang tak berdosa, bersalah, kulit
hitam, kulit putih, Muslim, atau Yahudi, tidak peduli siapa kamu--tidak
ada pengecualian dalam memperlakukan orang dengan cara-cara buruk yang
saya dan orang lakukan. " ujarnya Brendan yang bertugas di Guantanamo
selama enam bulan seperti yang dikutip ole The Independent, Rabu (18/02)
"Itu sangat salah dan kriminal, dan sangat bertentangan dengan apa yang menjadi landasan berpija Amerika Serikat,"
Pusat
penahanan militer terkenal itu pun telah dikutuk warga Internasional dan
menjadi jejak rekam hitam AS terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Brendan--kini menjadi petugas penegak hukum wilayah Housten--balik
mengejek argumen jika Guantanamo menahan sejumlah teroris paling
berbahaya di dunia. "Saya masih ingat dulu saya diberi tahu tentang
tahanan... jika suatu saat kami akan berhadapan dengan orang paling
buruk sedunia yang pernah ada," Ia ingat pula ketika diberi tahu jika
banyak tahanan yang membantu rencana serangan WTC 11 September. "Saya
sendiri bersiap untuk menghadapi orang-orang paling berbahaya di dunia,
para teroris yang memplot dan membunuh ribuan orang di negara saya,"
ungkap Brendan. "Hingga tiba harinya ketika orang-orang ''paling
berbahaya" datang, dan ternyata mereka tidak seperti yang saya
bayangkan," katanya Ia mengatakan satu grup tahanan yang tiba di
Guantanamo tidak lebih dari sekedar orang biasa yang gemetaran. "Banyak
dari mereka yang kecil, kurus, sangat ketakutan dan terluka.
Padahal
ketika saya membayangkan mereka turun, saya akan bertemu orang beringas,
mengancam, dan mimik berbahaya," "Selama itu adalah saat ketika saya
mulai melihat para tahanan seperti halnya orang lain, bukan monster
seperti yang orang-orang bilang," Ia mengaku menghabiskan banyak waktu
dengan David Hicks, warga Australia-beralih memeluk Islam yang
tertangkap di Afghanistan. "Hicks sama sekali jauh dari wajah pembunuh
berdarah dingin yang selalu dikatakan orang-orang. Ia pria normal
seperti saya. Ia duduk, melontarkan canda dan membuat obrolan ringan.
Hal sama yang akan dilakukan orang biasa," kata Brendan. Selain bersama
Hicks, Brendan juga sering mendengarkan musik bersama tahanan asal
Inggris Ruhal Ahmed yang berusia hampir sebaya dirinya.
"Ruhal Ahmed
yang saya lihat dan yang saja ajak bicara juga terlihat normal, manusia
muda sehari-hari seperti saya dulu," ujar Brendan. Justru didalam
Guantanamo, Brendang mengaku belajar banyak tentang Muslim. "Saya sampai
tergeleng-geleng melihat bagaimana berdedikasinya mereka dengan
keyakinan mereka. Hal yang tak kamu jumpai di Amerika Serikat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar